Ya, pria berkumis asal Desa Pelumatan, Purbalingga, Jawa Tengah itu, sempat menjadi perbincangan publik karena perilakunya pada rahun 2003 silam.
Anak sulung dari lima bersaudara itupun harus mendekam di balik jeruji besi karena kasus pencurian mayat.
Kala itu, Sumanto percaya bahwa daging mayat yang dimakannya bisa memberikan kekuatan supranatural. Ia mengaku telah memakan daging dari tiga mayat berbeda.
Perilaku menyimpang Sumanto hanya tinggal kenangan kelam masa lalu.
Kini ia telah menjadi "manusia baru" yang siap menjalani kehidupan sebagaimana mestinya.
Sejak keluar dari penjara pada 24 Oktober 2006 silam, Sumanto tinggal di panti rehabilitasi mental An-Nur, Bungkanel, Purbalingga.
Sumanto sebenarnya sangat ingin pulang ke kampung halaman. Tapi apa daya, ia selalu ditolak warga di sana.
Mau tidak mau, ia pun harus rela menghabiskan waktunya berada di panti rehabilatasi.
Selama tinggal di Panti An-Nur, Sumanto telah memperlihatkan progres perubahan sikap yang cukup signifikan.
Ia menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan melakukan beberapa pekerjaan.
Hal itu diungkapkan pengurus panti rehabilitas sekaligus orang yang merawat Sumanto, Haji Supono.
"Aktifitas saya bantu-bantu pak Haji (Supono) cabut-cabut rumput, bertani, ikut pengajian, pokonya ikut pak haji, " ujarnya.
Menurut Supono, Sumanto mampu membaca Alquran. Pada beberapa kesempatan, Sumanto juga mengumandangkan azan.
Malah Sumanto mendapat kepercayaan menyampaikan ceramah saat diundang ke acara pengajian.
Di samping itu semua, ada satu momen dimana Sumanto membuat sang pengasuh dongkol tapi kemudian merasa terharu.
Ya, Sumanto pernah diberi tugas untuk mengurusi burung kicau milik Supono.
Untuk diketahui, Supono memang pecinta burung. Beberapa sangkar burung pun terlihat tergantung di atap selasar panti An-Nur.
Ada tujuan tersendiri mengapa sang pengasuh memberi kerpercayan itu.
Ia berharap, Sumanto akan mempunyai keterampilan merawat burung dan hal itu bisa berguna di kehidupannya kelak.
Namun, bukannya merawat burung Supono, Sumanto malah bikin ulah.
Ia melepaskan burung-burung yang diketahui mempunyai harga yang cukup mahal itu.
Ulah Sumanto itu bikin sang pengasuh tepuk jidat.
"Saya pasrahi untuk beri pakan burung, eh malah dilepas burungnya, haduh,"kata Supono.
Tidak Mungkin bila Supono memarahi Sumanto karena hal tersebut.
Ditambah lagi, alasan bijak sekaligus konyol yang dilontarkan Sumanto justru membuat Supono terharu.
Menurut Sumanto, ia melepaskan burung sang pengasuh karena merasa iba.
Ia tidak tega burung-burung harus terpenjara dalam sangkar dan tidak bisa menghirup udara bebas.
"itu kan burung berhak hidup bebas, kasihan kalau dikurung,"
kata Supono menirukan jawaban Sumanto.
Perasaan Supono campur aduk mendengar jawaban Sumanto.
Ia mendongkol, geli sekaligus terharu dengan jawaban Sumanto.
Supono memaklumi perbuatan Sumanto. Menurutnya, nasib Sumanto tak berbeda dari burung - burung disangkar.
Ia tak bisa ke mana-mana, terpenjara di sisa usianya karena ulah masa lalunya.
Nasib burung masih lebih baik, ketika dilepaskan, mereka masih diterima di alam.
Beda halnya dengan Sumanto, ia mau pulang ke kampung halaman pun malah mendapat penolakan dari warga. Bandar Poker Online KAPALDOMINO



Tidak ada komentar:
Posting Komentar