Aktivitas Kapal Domino

Senin, 25 Juni 2018

Keluarga Korban Melakukan Ritual Doa Mangelek Upaya Mengundang Arwah Agar Naik Ke Permukaan




Maria Magadelana Munthe (52) masih setia menunggu suaminya Loncer Nainggolan (54) di tepi Danau Toba Dermaga Tigaras, Kabupaten Simalungun, Jumat (22/6/2018).

Ibu tiga anak tersebut duduk beralas tikar di bawah terik matahari.

Maria menatap Danau Toba dengan harapan suaminya segera ditemukan.

Kapal tersebut disebut-sebut membawa 206 penumpang dan 100 unit sepeda motor.

KM Sinar Bangun tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin lalu.

Jumat (22/6/2018), merupakan hari kelima pencarian korban hilang

Maria bersama dua putrinya menunggu kabar keberadaan suami dan abang iparnya sambil mengunyah sirih.

Warga asal Gajah Pokki, Haranggaol ini turut melaksanakan ritual Mangelek agar jasad suaminya timbul ke permukaan danau.

Ritual tersebut menggunakan beberapa lembar sirih, yang diletakkan di pinggir danau.

"Ini namanya Mangelek. Seperti memanggil roh agar jasad suami saya timbul ke permukaan," ujarnya dengan mata sembab.

Sebelum meletakkan beberapa lembar sirih di pinggir danau, putri bungsu Maria, Eva Kristiani Nainggolan (15), memanjatkan doa.

Dirinya berdoa sambil menggenggam sirih. Selain sirih, keluarga Maria juga meletkkan dua botol minuman tradisional juga diletakkan di pinggir danau. Minuman tersebut merupakan kegemaran Loncer.

"Suami saya suka minuman itu. Jadi, ini upaya memanggil roh suaminya saya agar timbul," katanya.

Maria menilai tim gabungan pencarian korban tak menunjukkan perkembangan.

Bahkan, menurutnya, alat canggih dan personel yang mencapai ratusan orang belum memberi tanda-tanda ada harapan.

Selain Maria, puluhan keluarga korban KM Sinar Bangun memilih untuk bertahan di Dermaga Tigaras, Mereka rela panas-panasan di bawah terik matahari untuk menanti kapal yang datang membawa korban hilang.

Pemerintah Kabupaten Simalungun telah mengarahkan keluarga korban untuk menunggu di RSUD Rodenhaim Pematangraya.

Namun, beberapa keluarga memilih bertahan di Dermaga Tigaras. Mereka menggelar tikar dan makan di pinggir danau.

Maria mengatakan, lebih baik menunggu di sini dibanding tak ada juga yang ditunggu di RSUD Rodenhaim Pematangraya.

"Lebih baik di sini kami nunggu dibanding di sana. Kami duduk di sini. Kami nggak mengganggu petugas," katanya.

Bupati Simalungun Jopinus Ramli Saragih mengimbau keluarga korban untuk langsung menuju posko yang telah disediakan.

Dia juga membutuhkan penjelasan dari tim untuk perkembangan pencarian.

Hingga pencarian ke lima, Basarnas masih mencari 184 korban yang hilang.

Petugas baru menemukan 22 korban dengan rincian 19 selamat termasuk nahkoda KM Sinar Bangun, dan tiga penumpang meninggal.
Perwakilan Keluarga

Kepala Basarnas Marsdya TNI M Syaugi memerintahkan Kepala Posko SAR Gabungan untuk membawa perwakilan keluarga korban kapal KM Sinar Bangun ikut bergabung dan melihat langsung upaya pencarian korban hilang di perairan Danau Toba.

Dipandu Kepala Basarnas Parapat Torang M Hutahean, sekira pukul 12.30 WIB, para keluarga korban tersebut pun berangkat dari Pelabuhan Tigaras. Saat di perjalanan, keluarga korban yang naik KMP Sumut I, mendapat penjelasan secara terperinci proses pencarian oleh Tim SAR Gabungan. Pencarian menggunakan peralatan canggih pun mereka paparkan kepada keluarga korban.

Tim Gabungan Pencarian Korban KM Sinar Bangun mengerahkan dua alat canggih, Multibeam Echosounder dan Side Scan Sinar di Dermaga Tigaras, kemarin.

Alat tersebut dipasang di unit kapal kayu, yang tergabung di dalam Tim SAR Gabungan. Multibeam Echosounder merupakan alat yang dapat mendeteksi benda yang berada hingga kedalaman 500 meter. Sedangkan Side Scan Sonar untuk mendeteksi kedalaman air.

Namun, dua alat tersebut tak dapat mendeteksi posisi bangkai kapal. Danlantamal I Belawan Laksamada Pertama TNI Ali Triswanto mengaku, alat tersebut tak mampu mendeteksi hingga kedalaman 600 meter.

Ia mengatakan, gelombang sensor akustik di dalam alat tersebut tak mampu menampilkan kontur dasar danau.

"Kita tadi sampai kedalaman 600 meter. Gelombang sensor akustik kita ternyata sudah tidak mampu menampilkan kontur dasar danau. Karena, kedalamannya melebihi 600 meter," katanya usai turun dari kapal.

Sebelumnya juga, Tim Gabungan Pencarian Korban telah menurunkan 10 penyelam andal dari Jakarta.

Pada pencarian hari pertama hingga keempat, tim Basarnas melakukan pencarian menggunakan penyelam hingga 30 meter lebih, dan menggunakan Remote Observasi Vehicle (ROV), yang bisa menjangkau hingga kedalaman 350 meter.

Dalam konferensi pers, Kepala Basarnas mengatakan, pencarian korban dengan titik koordinat yang diduga tempat tenggelamnya KM Sinar Bangun, ternyata melebihi batas jarak yang diperkirakan.

Menurutnya, korbam belum bisa ditemukan, karena kedalaman Danau Toba melebihi 300 meter. Di peta kedalaman air mencapai 500-550 meter, sehingga harus dibantu TNI AL dan bantuan alat Multibeam Side Scan Sonar. Namun, alat tidak mampu mendeteksi posisi bangkai kapal.

"Artinya kedalaman Danau Toba melebihi 600 meter. Jadi, besok kita akan datangkan alat yang lebih besar milik Basarnas dari Pekanbaru. Kita akan berusaha mendatangkan alat tersebut. Karena alat itu bisa mendteksi hingga 2.000 meter," kata Syaugi.

Daftar korban selamat KM Sinar Bangun, tak ada nama ABK yang ternyata selamat (tribun medan/dimaz) (TRIBUN MEDAN/DIMAS)
Dirinya menambahkan, alat sejenis Multibeam Side Scan Sonar dengan jangkauan kedalaman 2.000 meter tersebut akan digunakan untuk bisa menyisir semua daerah yang diperkirakan titik koordinat kapal tenggelam.

"Sekarang ini belum bisa dipastikan titik pasti koordinat kapal di mana. Tapi, perkiraan sudah diseser," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kantor SAR Pencarian dan Pertolongan Medan Budiawan mengatakan, pencarian korban hilang KM Sinar Bangun di permukaan Danau Toba akan diperluas hingga 10 kilometer-20 kilometer.

''Kenapa itu dilakukan, karena korban-korban yang mungkin timbul ke permukaan akan terhampar ke bibir danau. Karena itu, Tim SAR akan mencari hingga bagian kiri dan kanan bibir danau," kata Budiawan, Jumat.

Budiawan menjelaskan, tim yang melakukan penyelaman akan menggunakan alat Scan Sonar dan Multibeam Side Scan Sonar, yang didatangkan dari Disposal Mabes TNI AL di Jakarta, bersama tim pasukan khusus Detasemen Jalamangkara (Denjaka), Batalyon Intai Amfibi (Taifib), dan Komando Pasukan Katak (Kopaska).

"Mereka akan bersama-sama melakukan pencarian di mana titik tenggelamnya KM Sinar Bangun," ucap Budiawan. Ia menambahkan, titik pencarian korban KM Sinar Bangun pada hari kelima berbeda dengan titik koordinat pencarian sebelumnya. Basarnas sudah berkoordinasi dengan nakhoda KMP Sumut II, yang ada di lokasi saat kejadian.

"Waktu itu KMP Sumut II berdekatan dengan KM Sinar Bangun, dan sempat mengevakuasi beberapa korban. Titik koordinat yang disampaikan nakhoda berbeda sekitar dua mil dari titik koordinat kita sebelumnya," ujar Budiawan.

Senada dengan Budiawan, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat ditemui di tenda darurat TNI mengatakan, upaya penurunan jangkar, juga dilakukan untuk menjangkau keberadaan korban KM Sinar Bangun.

"Benar kita menurunkan jangkar untuk bantu pencarian korban. Semua upaya kita lakukan, jangan sampai berhenti usahanya," kata Soerjanto, Jumat kemarin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar